Sobat Keuangan, setelah mengalami volatilitas harga yang signifikan dua minggu lalu, harga emas mengalami perubahan yang drastis. Sebelumnya, harga emas mengalami kenaikan di pasar internasional dan mencapai titik tertinggi sepanjang masa di tengah harapan adanya pemotongan suku bunga Federal Reserve dan US job data yang tidak sesuai ekspektasi. Namun rally emas ini ternyata tidak berlangsung lama.
Pada Senin, 5 Agustus 2024, harga emas turun lebih dari 2% selama sesi yang volatile saat investor ramai-ramai menjual posisi mereka. Menurut mining.com, emas spot turun sebesar 3,2% menjadi $2.365,55 per ons, mencatat penurunan satu hari terbesar sejak awal Juni. Pada pukul 12:55 siang ET, harga emas telah pulih setengah dari kerugiannya, diperdagangkan pada harga $2.403,37 per ons. Kontrak gold futures AS juga turun 1,0% menjadi $2.445,10 per ons di New York, tetapi tetap di atas level $2.400 sepanjang sesi.
Apa yang Menyebabkan Penurunan Ini?
Penurunan harga emas dapat dikaitkan dengan US job reports dan factory orders data yang lebih rendah dari perkiraan, yang meningkatkan ketakutan akan resesi. Pasar saham anjlok, dengan pasar saham Jepang melampaui kerugian Black Monday pada tahun 1987. Karena itu, terdapat kekhawatiran tentang potensi resesi di AS mendorong investor untuk menjual aset berisiko.
Pada Jumat, 2 Agustus 2024, data menunjukkan bahwa tingkat pengangguran AS naik menjadi 4,3% pada bulan Juli, meningkatkan kemungkinan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan September. Pasar saat ini mengantisipasi potensi penurunan hingga 50 basis poin oleh bank sentral.
Emas yang biasa digunakan sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, cenderung memiliki kinerja yang baik ketika suku bunga rendah. Namun, ketakutan akan resesi juga menyebabkan penurunan harga untuk logam mulia lainnya.
The Bigger Picture
Meskipun terjadi penurunan tajam pada hari Senin minggu lalu, secara keseluruhan, emas masih naik sekitar 18% tahun ini. Emas mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada bulan Juli, didukung oleh pembelian bank sentral dan permintaan yang kuat dari konsumen Asia. Harapan akan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve AS dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, telah mendorong harga emas, yang sering dianggap sebagai aset safe haven selama masa krisis.
Volatilitas baru-baru ini menyoroti interaksi kompleks antara data ekonomi, sentimen investor, dan ekspektasi pasar. Seiring dengan terus berkembangnya lanskap ekonomi global, pergerakan harga emas kemungkinan akan tetap menjadi indikator utama bagi pelaku pasar yang menavigasi masa-masa yang tidak pasti ini.
Sobat Keuangan, terus ikuti blog Invlinic untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang perencanaan keuangan, strategi investasi, tips trading, dan berita pasar terbaru.